Amerika Serikat Tunduk Kepada Indonesia

Menjatuhkan Bung Karno adalah satu-satunya cara agar Amerika bisa bercokol kuat di Indonesia. Sudah dicoba segala cara agar Bung Karno jatuh, tidak berhasil juga. Dicoba dengan cara ancaman embargo, penghentian bantuan…..ehhh Bung Karno malah teriak, “Go to hell with your aid!”.

Messi tertipu oleh Ronaldinho (sosok yg mirip pemain brazil)

"ungkap messi:" Apa yang kamu lakukan berjalan pada sini untuk melihat saya? "Ketika dia memegang tangan saya, saya berlutut saya [dan membungkuk]. Itu sangat emosional. "

Ketika Indonesia Menjadi Kapitalis ( Rezim Orde Baru )

“Ketika tepat 100 tahun gerakan Zionisme Internasional merayakan kelahirannya, dan salah seorang pengusaha Yahudi dunia bernama George Soros memborong mata uang dollar AS dari pasar uang dunia, maka meletuslah krisis keuangan yang berawal dari Thailand dan terus merembet ke Indonesia.”

visi misi Jokowi-JK dengan Prabowo-Hatta

Jokowi-JK:Prabowo-Hatta: Visi: Membangun Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur serta bermartabat Visi: Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong-Royong.

gadis LOMBOK dan adat sasak

nyongkolan, gendang belek, tari rudat, tari jngger,gamelan, chilokak dan peresean. antara adat budaya sasak yg masih utuh di lombok.

Friday, June 17, 2011

MENJAGA KEMILAU MUTIARA LOMBOK

"Silakan pilih, yang kecil manis, yang sedang cantik, atau yang besar indah," kata seorang penjaga toko perhiasan di sentra perhiasan emas dan mutiara di Kampung Sekarbela, Mataram, Nusa Tenggara Barat, ketika menjajakan dagangannya kepada  pengunjung.



;      Manis, cantik, dan indah barangkali memang pilihan kosa kata yang pas, karena mutiara-mutiara yang  ditawarkan di sentra perhiasan itu memang berkualitas baik, bulat, tidak cacat dan berkilau.

           Sekarbela merupakan salah satu kampung di Kota Mataram (ibu kota NTB)  seluas  10,32 kilometer persegi. Kampung yang berpenduduk sekitar 40 ribu jiwa ini, separuh lebih penduduknya membuka usaha kerajinan  emas dan mutiara.
      Untuk menjangkau sentra perhiasan emas dan mutiara mutiara ini tidak sulit. Jarak antara Bandara Selaparang ke Sekarbela sekitar tiga kilometer, atau sekitar 10 menit perjalanan dengan mobil. Jalan utama yang membelah Kampung Sekarbela sepanjang 500 meter, di kanan kirinya berjajar toko perhiasan emas dan mutiara.

           Etalase perhiasan emas dan mutiara terlihat jelas saat menyusuri jalan di Sekarbela. Berbagai model dan jenis perhiasan emas serta mutiara ditawarkan. Karena itu, bagi pengunjung yang berminat, banyak sekali pilihan, baik pilihan sesuai selera maupun pilihan sesuai kemampuan keuangan.

            Meski perhiasan berbahan emas yang dominan, namun di sentra kerajinan ini juga menawarkan perhiasan berbahan monel dan perak yang harganya lebih murah. Sedangkan mutiara yang ditawarkan tidak hanya jenis mutiara berkelas, tapi juga ada yang berkualitas sedang dan dibawahnya.

           Harga emas di sentra Sekarbela seperti halnya harga di pasaran pada umumnya, tergantung model dan beratnya. Sedangkan harga mutiara juga sangat tergantung jenis, ukuran, kilau dan tingkat kecacatan mutiara dimaksud.
      Jenis-jenis mutiara yang ditawarkan di sentra kerajinan Sekarbela meliputi mutiara air laut dan mutiara air tawar. Mutiara-mutiara itu ada tiga pilihan warna, yakni putih,  emas (gold), dan perak (silver).  Mutiara-mutiara dari Lombok konon tak kalah kualitasnya dengan mutiara dari negara lain seperti Australia, Tahiti, Myanmar, dan Filipina.

           "Pengunjung tidak perlu khawatir terkecoh, salah pilih, karena kami sudah memilahnya antara mutiara air laut dan air tawar. Kami harus tetap menjaga kepercayaan pelanggan," kata seorang pemilik toko  di Sekarbela yang sangat mafhum akan kekhawatiran pengunjung karena harga mutiara yang relatif mahal,  sehingga memungkinkan ada oknum memalsukannya.

            Bahkan, di sejumlah toko di Sekarbela dijajakan pula mutiara imitasi yang mirip dengan mutiara asli, berbahan kaca, plastik,  atau bagian dari cangkang kerang. Mutiara imitasi ini biasanya tempatnya disendirikan, sehingga pengunjung mudah mengenalinya. Harganya pun sangat miring dibandingkan dengan mutiara asli.

             Untuk memasarkan produk-produknya para perajin emas dan mutiara sekarang ini tidak hanya mengandalkan cara konvensional menggelar dagangnya di toko, tapi mereka kini juga sudah memanfaatkan kemajuan teknologi informasi berupa internet.  Situs-situs internet dari perajin emas dan mutiara Sekarbela bisa dengan mudah diakses melalui dunia maya.

            Bahkan, meski sentra kerajinan emas dan mutiara Sekarbela masih terkesan seperti "kampung", tapi pengunjung tidak perlu risau dengan sistem pembayaran yang dilakukan di toko-toko di sentra perhiasan ini. Pembayaran dapat dengan tunai baik rupiah atau dolar, jika tidak tunai, pengunjung dapat melakukan pembayaran  dengan kartu kredit, kartu debet ataupun cek perjalanan (travel cheque).
Mendukung
 
   Menurut penuturan beberapa sesepuh masyarakat setempat, konon Sekarbela dulu merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di Lombok. Sekarbela yang letaknya berdekatan dengan pelabuhan Ampenan (yang kini pelabuhan itu dipindahkan ke Lembar), sangat mendukung berkembangnya ajaran Islam di daerah ini.

         Pedagang-pedagang dari berbagai daerah, termasuk dari negara Timur Tengah berdatangan untuk menjual berbagai jenis kerajianan, terutama perhiasan- perhiasan seperti kalung, cincin, dan gelang yang terbuat dari emas dan mutiara.

          Para pendatang yang awalnya untuk berdagang tersebut dalam perkembangannya banyak pula yang memilih untuk menetap dan menikah dengan penduduk asli Sekarbela, sehingga para pengusaha kerajinan emas dan mutiara di Sekarbela kebanyakan keturunan Timur Tengah,  Arab khususnya.

           Sementara itu, budidaya mutiara mulai dikembangkan di NTB sejak tahun 1990-an. Pada waktu itu, ada investor  dari Jepang menilai kualitas air laut dan tawar di NTB sangat mendukung untuk budidaya mutiara. "Lokasi sepanjang perairan di NTB rata-rata cocok untuk budidaya kerang mutiara" kata DR. Sigit A.P Dwiyono dari LIPI UPT Loka Pengembangan Bio Industri Laut Mataram beberapa waktu lalu.

          Tiga selat yang dimiliki NTB, Selat Alas, Selat Lombok dan Selat Sape menjadi faktor yang sangat potensial untuk tempat budidaya mutiara, karena terlindung dari gelombang.  Sedangkan lokasi budidaya mutiara di NTB saat ini diantaranya di pesisir Gili Gede (Pelayan, Bolangis), Gili Asahan (Labuhan Poh), Teluk Sire Lombok Barat, Sembelia Lombok Timur, Tanjung Bero, Teluk Mapin, Pulau Moyo dan Teluk Saleh, Sumbawa, Kwangko/Kempo, Teluk Sanggar, Dompu dan Teluk Sape serta Teluk Waworada, Bima.

          Selain itu, posisi NTB yang strategis, terutama Pulau Lombok,  yang berada di lintas perdagangan internasional menjadi pertimbangan memudahkan konsumen membeli langsung mutiara  asli.  Apalagi, industri mutiara di NTB dilakukan dari hulu hingga ke hilir,  mulai dari pembudidayaan sampai ke produk jadi.

          Hal senada juga diungkapkan peneliti dan pengembang kerang mutiara, Dr Syachrudin AS, bahwa sirkulasi atau penggantian air dari Samudera Indonesia sangat bagus, sehingga pertumbuhan plankton dan zooplankton sebagai bahan makanan siput di perairan NTB, tersedia cukup banyak.

        "Jika makanan siput bagus, maka mutiara yang dihasilkan nantinya akan bagus juga. Perairan NTB sangat mendukung untuk itu," katanya.

          Menurut dia, budidaya kerang mutiara sangat penting dilakukan mengingat tidak seimbangnya kebutuhan dengan persediaan alam. Selain itu,  karena tingginya nilai ekonomis kerang mutiara tersebut, membuat orang mengambil kerang tanpa memikirkan dampak negatif terhadap populasi kerang itu sendiri sehingga bisa terancam punah.

         Alasan lainnya, mutiara yang dihasilkan secara alami bentuknya tidak akan beraturan atau sangat sulit mendapatkan yang berbentuk bulat. Tapi dengan campur tangan manusia, mutiara bisa dibentuk sesuai keinginan. Mutiara terbentuk akibat adanya rangsangan benda asing yang masuk ke dalam mantel kerang mutiara, baik secara buatan maupun alami. Benda asing tersebut terperangkap di dalam kerang dan tidak bisa keluar.

        Mutiara hasil budidaya dirangsang dengan nucleus dan saibo. Saibo adalah mantel dari kerang lain yang dipotong-potong dan penempatannya harus saling bersentuhan dengan siput di dalam kerang mutiara.

  
                          Bursa Mutiara
 
     Terkait dengan pengembangan industri mutiara di NTB,  pemerintah setempat berusaha melobi Kementerian Perdagangan untuk pembangunan gedung bursa mutiara internasional di Pulau Lombok.
     Upaya tersebut dilakukan sebagai tindaklanjut respon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika berdialog dengan petani dan pengusaha mutiara di Senggigi beberapa waktu silam.

         Wakil Gubernur NTB, Badrul Munir, mengemukakan,  respons  Presiden Yudhoyono terhadap pengembangan mutiara di Pulau Lombok sangat positif.

         Presiden langsung menginstruksikan Menteri Koperasi dan UKM, dan Menteri Perdagangan yang ikut dalam rombongannya, untuk menyikapi berbagai hal yang dikeluhkan petani dan pengusaha mutiara.

        "Pak Presiden menyambut baik upaya peningkatan kualitas mutiara, produksinya dan berdaya saing. Apalagi, Ibu Ani Yudhoyono yang sangat perhatian terhadap pengembangan mutiara di Pulau Lombok," ujarnya.

            NTB merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan mutiara dengan daya dukung lahan 19.056 hektare yang dapat memproduksi rata-rata 1,4 hingga 1,8 ton/tahun.  Sekitar 10-30 persen dari total produksi mutiara NTB setiap tahun diantar-pulaukan ke Surabaya dan Jakarta untuk selanjutnya diekspor ke berbagai negara.

          Data Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi), selama ini ada 36 perusahaan mutiara dengan 1.360 pekerja di NTB.

         Hasil penelitian Kementerian Kelautan dan Perikanan, mutiara produk NTB diklasifikasikan dalam golongan A (kualitas tinggi), B (sedang) dan C (rendah). Klasifikasi A memiliki nilai jual Rp1 juta/gram, B Rp150 ribu/gram dan klasifikasi C sebesar Rp100/gram.
Bahkan, mutiara produk NTB diperebutkan para pembeli di bursa mutiara internasional di Jepang karena tergolong produk terbaik di dunia. Karena itulah  NTB berupaya bisa memiliki gedung bursa mutiara internasional.

         Tidak hanya itu,  guna menjaga citra, pemerintah provinsi NTB juga berusaha menggandeng Asbumi  menerbitkan sertifikat dan menetapkan regulasi untuk menjamin kualitas mutiara asli Lombok. Upaya itu dilakukan untuk mengontrol pula agar mutiara air tawar (freshwater pearl) tidak merusak nama (branding) mutiara Lombok yang selama ini dikenal sebagai "south sea pearl".

         Untuk menjaga gairah pasar mutiara yang telah menjadi ikon pariwisata NTB ini,  akan digelar Festival Mutiara pada 8-11 Juli 2011.  Festival ini diharapkan bisa menjadi ajang bertemunya penjual dan pembeli dari dalam maupun luar negeri. (*)
  oleh: Slamet Hadi Purnomo
 www.antaramataram.com

Wednesday, June 15, 2011

"SERDADU KUMBANG" kisah masyarakat untuk masyarakat


Amek,  Umbe, dan Acan adalah tiga bocah bersahabat karib yang hidup dalam kondisi serba kekurangan di sebuah perbukitan di Desa Mantar, Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.
http://adf.ly/1Y9CD
Persahabatan ketiga bocah ini seakan tak terpisahkan.
          Amek, bocah  yang menderita bibir sumbing, tinggal bersama "Inaq" (ibunya) Siti dan kakaknya Minun di sebuah  rumah panggung sederhana yang jauh dari kota, sejak ia  ditinggal ayahnya Zakaria (Jack) merantau mengadu nasib ke Malaysia.    
       Selain tiga sahabat sejati, Amek juga memiliki seekor kuda kesayangan yang diberi nama "Smodeng".
        Kendati hidup dalam kondisi serba kekurangan, ketiga bocah Bukit Mandar itu masing-masing punya cita-cita.  Amek, misalnya ingin menjadi penyiar dan presenter TV nasional.    
       Kisah kehidupan tiga bocah Bukit Mantar itu  diangkat dalam film layar lebar dengan judul "Serdadu Kumbang" oleh  pasangan suami-istri Ari Sihasale Ari Sihasale sebagai Produser dan Direktur serta Nia Sihasale Zulkarnaen sebagai Executive Producer  di bawah naungan rumah produksi Alenia Fictures.
         Penggarapan film bertema anak-anak dan pendidikan itu   melibatkan perusahaan tambang tembaga dan emas PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) Batu Hijau, Sumbawa Barat sebagai sponsor utama.
        Film Serdadu Kumbang yang mengambil gambar (shooting) di Kabupaten Sumbawa Barat dan Sumbawa ini didukung sejumlah aktor dan aktris  papan atas Ririn Ekawati, Lukman Sardi, Leroy Osmani, Dorman Borisman, Putu Wijaya, Titi Sjuman, Asrul Dahlan, Surya Saputra, Monica Sayangbati, Fanny Fadila dan Norman Borisman .
          Film Serdadu Kumbang dibintangi tiga pemain cilik dengan pemeran utama Yudi Miftahudin  (11) yang berperan sebagai Amek, Aji Santosa (9) sebagai Umbe, dan Fachri Azhari (11) sebagai Acan. Film tersebut akan tayang mulai  Kamis, 16/6, saat liburan sekolah.
         Lima anak asli Sumbawa, Kencor, Jafar, Beda, Ima, dan Lan juga dilibatkan dalam film  yang menceritakan tiga orang anak, yakni Amek, Umbe, dan Acan, yang berusaha keras merintis cita-cita mereka meski dengan berbagai keterbatasan.
       Film yang mengangkat tema keluarga dan pendidikan mengambil lokasi shooting di Desa Mantar, Kecamatan Poto Tano, Pasar Taliwang, Kecamatan Taliuwang dan Desa Bungin, Kecamatan Akas Kabupaten Sumbawa yang memakan waktu sebulan lebih, mulai November hingga Desember 2010.
         Film Serdadu Kumbang mengangkat kisah kehidupan tiga bocah Sumbawa yang hidup dalam serba kekurangan. Amek, bocah yang menderita bibir sumbing hidup dalam kondisi sangat sederhana di sebuah rumah panggung di Desa Mantar bersama "Inaq" (ibunya) Siti yang diperankan Titi Sjuman dan kakannya Minun (Monica Sayangbati).
         Amek bersama ibu dan kakanya hidup dari berjualan kecil-kecilan di bawah kolong rumah panggung sederhana tempat mereka tinggal,  sejak mereka ditinggal ayahnya Zakaria (Jack) yang diperankan Asrul Dahlan mengadu nasib sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia.
Amek, bocah  yang menderita  bibir sumbing itu bercita-cita menjadi presenter berita televisi nasional suatu saat nanti. Awalnya ia  sama sekali tak percaya diri karena kekurangannya itu. Apalagi ia sempat tidak lulus Ujian Nasional (UN) tahun lalu. Hal tersebut yang membuatnya semakin tidak yakin bisa menggapai cita-citanya.
           Perjuangan Amek, Minun, dan sahabat-sahabatnya yang lain dalam meraih cita-cita tidak semulus yang dibayangkan. Beberapa kali tidak lulus Ujian Nasional, namun tidak sampai membuat mereka putus asa.
        Mereka bahkan  menempuh cara yang tidak wajar agar bisa lulus ujian. Amek dan teman-temannya menggantungkan secarik kertas bertuliskan cita-cita mereka kemudian dimasukkan ke dalam botol dan digantungkan di dahan pohon yang oleh masyarakat setempat dinamakan "Pohon Cita-cita".
          Dalam film bertema pendidikan itu  dikisahkan tokoh guru Alim berwatak keras yang diperankan aktror Lukman Sardi . Setiap siswa yang bersalah dihukum terutama Amek, Umbe dan Acan. Tokoh utama dalam film Serdadu Kumbang,  Amek  dikenal sebagai anak yang introvert, keras hati dan jahil sehingga sering di hukum oleh guru-gurunya di sekolah.
             Namun, dari semua kekurangan itu, Amek memiliki kelebihan yakni  mahir dalam mengendalikan kuda, sehingga ia selalu menang dalam lomba pacuan kuda yang sering dilaksanakan di kampungnya di Desa Mantar.  
          Ari Sihasale, sutradara sekaligus produser  menyelipkan beberapa adegan lucu dalam film Serdadu Kumbang terutama ketika Amek bersama teman-temannya membeli kartu perdana untuk menelpon ayaknya, Zakaria (Jack) yang tida tahun tidak pulang dari Malaysia tanpa kabar.
         Ameq bersama dua sahabatnya Umbe dan Acan pergi ke pasar Taliwang dengan menunggang kuda. Dengan hanya bermodalkan uang Rp5.000, ia membeli kartu perdana yang sekaligus "membeli" sinyal, karena di kampungnya  di Mantar sangat sulit berkomunikasi menggunakan handphon (HP), karena sinyalnya lemah.
         Adegan kocak juga muncul katika Zakaria (Jack), ayah dari Ameq pulang setelah merantau selama tiga tahun di Malaysia. Dengan gaya rambut yang direbonding dan memikul tape recorderyang dibunyikan dengan volume keras ia menyapa warga  dengan dialek Malaysia yang kental.
         Ale (panggilan akrab Ari Sihasale) cukup berhasil menampilkan gaya khas seorang TKI yang pulang kampung setelah merantau di negeri jiran. Kemampuan akting  Asrul Dahlan, pemeran Asrul dalam sinetron  religi, Para Pencari Tuhan, besutan sutradara legendaris, Dedy Mizwa itu cukup sempurna memerankan tokoh seorang TKI.
            Amek, Acan, Umbe, Minun dan anak-anak sekolah Mantar sangat dekat dengan Guru Imbok yang diperankan Ririn Ekawati. Ia merupakan guru favorit yang paling mengerti keinginan anak muridnya. Bahkan ketika menjelang ujian nasional ia memberikan tambahan pelajaran di bawah kolong rumah panggung.
        Guru Imbok juga dengan sabar mengajari para orangtua penyandang buta aksara di Desa Mantar membaca dan menulis.
         Karena pada tahun sebelumnya murid-murid di hampir seluruh Indonesia banyak yang tidak lulus ujian nasional, maka  guru-guru SD dan SMP 08 Desa Mantar, tempat Amek dan kawan-kawannya sekolah semakin memperketat sistm belajar dan mengajar.
          Namun  penegakan  disiplin  yang kaku yang dilakukan oleh Guru Alim (Lukman Sardi) ternyata  menimbulkan dampak kurang baik  bagi murid-murid yang masih dalam usia pertumbuhan. Paling tidak bagi Ame, Umbe, Dulah, Acan dan Ujang.
         Kebiasaan Guru Alim yang sering menghukum muridnya yang salah itu mendapat protes keras dari "Papin" (kakek) Haji Maesa yang memerankan tokoh guru agama yang membimbing dan mengajar anak-anak di Desa Mantar pengetahuan agama dan ahlak.
        Amek adalah salah satu murid dari sekian banyak murid SDN 08 yang tidak lulus ujian tahun lalu. Sifatnya yang introfed, keras hati dan cenderung jahil, membuat ia sering dihukum oleh guru-gurunya disekolah. Sebaliknya Minun kakaknya,  duduk dibangku SMP dan selalu juara kelas.
         Ia juga sering menjuarai lomba matematika se Kabupaten Sumbawa Barat. Sederet piala  dan sertifikat berjejer diruang tamu mereka.  Minun adalah ikon sekolah, kebanggaan keluarga dan masyarakat di Desa Mantar.
         Adegan yang mengundang haru ketika Ameq ditinggalkan Minun, kakak yang menyayanginya  untuk selama-lamanya karena jatih dari pohon. Ditambah lagi,  "smodeng", kuda kesayangan Ameq diambil orang sebagai pengganti jam palsu yang dijual ayahnya, Jack. Kesedihan yang mendalam itu mengakibatkan Ameq jatuh sakit.
Berbagai kendala
        Kehadiran film layar lebar bertajuk "Serdadu Kumbang"  yang akan dirilis  mulai Kamis (16/6),  Ari Sihasale semakin memantapkan kesuksesam Ari Sihasale sebagai sutradara film bertema anak-anak dan pendidikan. Sebelumnya tahun 2006 Ale sukses menggarap  "Denias Senandung di atas Awan", lalu merilis Liburan Seru (2008), King (2009), dan Tanah Air Beta (2010).
       Produser sekaligus sutradara film Serdadu Kumbang, Ari Sihasale didampingi istrinya Zia Zulkarnaen di XXI Epicentrum Kuningan, Jakarta, Kamis (9/6) mengakui ia menghadapi cukup banyak hambatan dan tantangan ketika menggarap film Serdadu Kumbang.
         Pembuatan film Serdadu Kumbang menemui kendala mulai dari proses casting,  latihan dari setiap pemainnya, sampai cuaca yang kurang  mendukung, namun  bagi pasangan Ari Sihasale dan Nia Zulkarnein yang merupakan duet Sutradara dan Produser dalam pembuatan film garapan rumah produksi Alenia itu, semuanya   bisa dilewati dengan penuh kesabaran.
         Apalagi Ari dan Nia selalu menggaet aktor-aktris cilik yang belum berpengalamannya sebagai bintang utama film mereka. Di tambah, pasangan ini gemar mengambil daerah pedalaman menjadi lokasi syuting. Seperti di film terbaru mereka 'Serdadu Kumbang' yang menampilkan setting pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
          "Kita harus sabar, dari ngulang latihan sampai cuaca yang sangat tidak mendukung, semua itu dibutuhkan kesabaran," tutur Ari Sihasale didampingi  istrinya Nia Zulknaen.
         Ia mengatakan, untuk membina anak-anak yang awam dalam soal akting memang sangat sulit. Seperti Yudi Miftahuddin yang menjadi pemeran utama dalam film Serdadu Kumbang sebelumnya tidak pernah melihat bioskop, namun berkat kerja keras  dan keuletan akhirnya berhasil juga.
           Para pendukung film Serdadu Kumbang berupaya tampil secara total dalam film layar lebar yang digarap rumah produksi Alenia Fictures. Ririn Ekawati yang memerankan Guru Imbok misalnya  sengaja  berjemur di   pantai agar kulitnya yang putih dan mulus berubah menjadi hitam.
         Demikian juga Asrul Dahlan  juga harus merebonding rambutnya agar bisa memerankan  tokoh " Jack" (Zakaria), ayah dari Ameq (Yudi Miftahuddin). seorang TKI yang bekerja di Malaysia.
         Sementara Putu Wijaya yang memerankan tokoh "Papin" (kakek bahasa Sumbawa) Haji Maesa juga merelakan waktu istirahatnya agar bisa menjalani shooting tepat waktu.
         Sebelum Sebagai pengganti peran (alm) Pitrajaya Burnama, aktor senior Putu Wijaya menaruh kesan begitu mendalam pada film Serdadu Kumbang yang dibintanginya.
       "Di lokasi shooting di Desa  Mantar, Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat  itu, ayam belum berkokok kami sudah diketok untuk shooting. Jadi kami bangunnya lebih pagi daripada ayam yang berkokok,," kata aktor senior, Putu Wijaya mengisahkan pengalaman shooting dalam film  Serdadu Kumbang.
    Bukit Mantar  yang berada pada ketinggian 800 meter di atas permbukaan laut (dpl) yang menjadi lokasi shooting film Serdadu Kumbang merupakan salah satu obyek wisata di Kabupaten Sumbawa Barat, karena dari atas bukit tersebut bisa menikmati pemandangan laut lepas dan keindahan alam Sumbawa.
         Direktur Utama PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) Martiono Hadianto menilai kehadiran film Serdadu Kumbang memberikan alternatif pilihan hiburan sehat bagi para siswa terutama menyambut libur panjang.
        Selain itu film layar lebar garapan rumah produksi Alenia Fictures yang mengambil shooting di Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat juga berdampak positif bagi pariwisata, karena ke dua daerah ini akan semakin dikenal di tingkat nasional.
Karena itu PTNNT tertarik unbtuk menjadi sponsor utama film Serdadu Kumbang yang mengisahkan perjuangan anak-anak Mantar untuk menggapai cita-cita kendatin dalam kondisi yang serba sulit.
         "Saya kagum dengan tokoh Amek yang diperankan Yudi Miftahuddin bersama dua sahabatnya Umbe dan Acan. Para bocah ini memiliki semangat juang yang tinggi dalam meraih cita-citanya kendati dalam kondisi hidup yang serba kekurangan," ujarnya.
         Menurut Martiono, film Serdadu Kumbang layak menjadi tontonan anak-anak, karena perjuangan mereka dalam meraih cita-cita patut  menjadi contoh bagi anak-anak yang lain. (*)

KETERANGAN FOTO: Gala Premier film "Serdadu Kumbang" besutan pasangan suami istri Ari Sihasale dan Nia Sihasale Zulkarnaen di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta, Kamis malam (9/6).

"Pohon Cita-Cita", sebuah pohon besar yang tumbuh di lereng Bukit Mantar yang dijadikan tempat menggantung botol berisi secarik kertas bertuliskan cita-cita. Masyarakat setempat meyakini dengan menggantungkan cita-cita di pohon tersebut, maka apa yang diinginkan akan teracapai.
    
Presiden Direktur PT Newmont Nusa Tenggara Martiono Hadinto berpose bersama seluruh kru film Serdadu Kumbang di XXi Epicenrum Kuningan Jakarta pada gala primier film Serdadu Kumbang, Kamis malam (9/6).

Martiono Hadianto, Presiden Direktur PT Newmont Nusa Tenggara menerima buku tentang film "Serdadu Kumbang" dari Ari Sihadale, sutradara sekaligus produser film Serdadu Kumbang. Film bertema anak-anak dan pendidikan ini mengambil lokasi shooting) di Desa Mantar dan pasar Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat dan Desa Bungin, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa.

FOTO AntaraMataram.com-Baik Idayani/Komang Ardana

Thursday, June 2, 2011

Wow... Indahnya Pantai Tanjung Aan!






LEPAS dari pantai Kuta Lombok, mobil terus melaju ke timur, menyusuri jalan yang kanan kirinya penuh dengan kafe, penginapan dan tempat persewaan papan surfing. Rupanya Kuta menjadi pusat kegiatan turis di Lombok Selatan, meski tidak seramai dan tidak seteratur kawasan wisata yang ada di Bali.
Semakin ke timur kami perpapasan dengan lebih banyak turis asing lengkap dengan papan surfingnya. Melintasi bukit-bukit yang nampak hijau, padang rumput dengan puluhan kerbau merumput disana, lepas dari kawasan Hotel Novotel teman saya mengambil jalur ke kanan, dalam hati ini mau kemana ya???

Semakin jauh semakin sepi, dengan jalan yang relatif sempit, harus ada yang rela mengalah berhenti salah satu kalau harus perpapasan dengan kendaraan roda empat lainnya. Tak lama kemudian saya terbelalak…wow…demi Tuhan tempat ini indah sekali. Sebuah pantai yang sangat mempesona terlihat lengkap dengan pasir putih dan gradasi airnya yang sempurnya, hijau, biru muda, biru tua…..wowwwwwwwwwww....
Ditambah lagi nun jauh di depannya terlihat beberapa bukit-bukit karang yang menggoda untuk disinggahi. Inilah Tanjung Aan itu.
Di kanan dan kiri terdapat bukit yang membentengi pantai ini, sehingga ombak pantai selatan yang ganas tidak langsung menembus bibir pantai ini. Siang yang terik, saya memilih duduk di bawah pohon dan memandang laut sepuasnya, serasa tak ingin berbagi dengan yang lain, ingin mengeruk keindahan pantai ini sebanyak yang saya bisa, menyimpan dalam memori saya sehingga saya tetap bisa mengenang keindahannya sampai kapan pun. Duh Gusti…negeri ini ternyata indah sekali. Sungguh!
Ada sebuah kapal yang bisa disewa jika kita ingin menyinggahi bukit-bukit karang yang berdiri di depan sana. Kapal motor yang tampak sudah sangat tua. Ahhh… ngeri jadinya kalo harus naik ke atasnya. Meski tak sebersih pantai Kuta, karena ada potongan ranting-ranting pohon yang tersebar di bibir pantai, Tanjung Aan tetap mempesona di mata saya.
Teman saya bilang, dibalik bukit itu ada tempat yang namanya Batu Payung, dimana menjadi tempat favorit anggota Komunitas Fotographi Mataram untuk hunting foto. Sayang, waktu saya tidak banyak, karena harus mengejar sunset di Senggigi.


Sore yang mendung, sampai di daerah Praya hujan turun. Semoga cuaca Senggigi baik-baik saja. Melintasi jalan di Lombok Barat dari Senggigi sampai Malimbu menjadi salah satu favorit saya juga, bagaimana tidak, jalan aspal yang mulus,deretan hotel, kafe, penginapan berselang-seling dengan pantai yang menawan. Sementara di sisi lainnya nampak bukit-bukit berdiri menjulang menyebarkan aura kesejukan.
Dari dalam mobil, saya bisa menyaksikan, puluhan pohon nyiur bergoyang-goyang ditiup angin, sementara dibawahnya ombak dengan gesit berkejaran di tepi pantai, sungguh menjadi pemandangan yang mengagumkan. Sayang, waktu saya ke sana, mendung masih saja menyelimuti kawasan ini, saya tak melihat gradasi warna yang saya inginkan.
Saya berjanji besok harus datang lagi, begitulah keesokan harinya dalam perjalanan ke Gili Trawangan kembali saya menyambangi tempat ini. Dan gradasi itu muncul, meski tidak sempurna, cukuplah membahagiakan hati saya.